1.
Tahun 630 (8 H). Utusan Nabi Muhammad, Al-Harits ibu Umair al-Azady,
yang membawa surat untuk pemimpin Bashrah, dihadang dan diculik untuk
selanjutnya dipenggal lehernya oleh pegawai Romawi atas perintah Kaisar
Romawi, Heraklius. Padahal, membunuh duta merupakan kejahatan yang
amat sama halnya dengan mengumumkan perang. Akibat kebiadaban kaisar
Kristen ini timbullah perang Mut'ah dan perang Tabuk antara umat Islam
melawan Kristen Romawi. Inilah konflik pertama kali antara umat Islam
dengan orang Kristen. Dan seperti yang terpampang dalam sejarah,
Kristen lah yang lebih dulu membunuhi umat Islam.
2.
Tahun 1064. Rombongan peziarah Kristen sebanyak 7000 orang yang
dipimpin oleh seorang Uskup telah menyerang orang-orang Arab dan Turki
di Yerusalem.
3. 15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan.
60.000 orang dibunuh, terdiri dari orang-orang Yahudi, Muslim,
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Dilukiskan oleh saksi mata
Kengerian begitu dahsyat: "Kami harus berjalan didalam darah musuh
kami sedalam mata kaki". Akhirnya pada 15 Juli 1099, Yerusalem (Baitul
Maqdis) jatuh ke tangan pasukan Salib, tercapailah cita-cita
mereka. Berlakulah keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi
dalam
sejarah umat manusia. Kaum kafir Kristen itu telah
menyembelih penduduk sipil Islam baik lelaki, perempuan dan anak-anak
dengan sangat ganasnya.
Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan
orang-orang Kristen yang enggan bergabung dengan kaum Salib.
Keganasan kaum Salib Kristen yang sangat luar biasa itu telah dikutuk
dan diakui oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri dari
berbagai agama dan bangsa. Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud
berkata: "Pada saat penaklukan Yerusalem oleh orang Kristen tahun
1099, orang-orang Islam dibantai di jalan-jalan dan di rumah-rumah.
Yerusalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu.
Beberapa orang coba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-endap
dari benteng, yang lain berkerumun di istana dan berbagai menara
untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun mereka
tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang
Kristen itu.
Tentara Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di
mana orang-orang Islam coba mempertahankan diri selama beberapa lama
menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan
Titus.
Tentara infanteri dan kavaleri lari tunggang langgang di
antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu yang
terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang menang
itu menginjak-injak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar orang
yang coba menyelamatkan diri dengan sia-sia."Raymond d'Agiles, yang
menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan:
"Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan darah di
dalamnya mengenai lutut dan mencapai tali kekang kuda." Aksi
pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan
Salib itu berkumpul untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan mereka
Yesus Kristus atas kemenangan mereka. Tapi begitu upacara perayaan itu
selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.
Seterusnya
Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari
pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan
upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari
puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup,
diseret dari tempat persembunyian bawah tanah, diseret ke hadapan umum
dan dikurbankan di tiang gantungan."Selanjutnya Michaud menambahkan:
"Air mata wanita, tangisan anak-anak, begitu juga pemandangan dari
tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali
tidak dapat meredakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu.
Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu. Beberapa orang yang
berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan jumlahnya dengan
perbudakan atau kerja paksa yang mengerikan."
Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan peristiwa itu sbb:
"It
was impossible to look upon the vast numbers of the slain without
horror; everywhere lay fragments of human bodies, and the very ground
was covered with the blood of the slain. It was not alone the spectacle
of headless bodies and mutilated limbs strewn in all directions that
roused the horror of all who looked upon them. Still more dreadful was
it to gaze upon the victors themselves, dripping with blood from
head to foot, an ominous sight which brought terror to all who met
them. It is reported that within the Temple enclosure alone about ten
thousand infidels perished."
"Adalah mustahil untuk
melihat keatas angka-angka luas yang dibunuh tanpa kengerian; di
mana-mana diletakkan bagian-bagian tubuh manusia, dan seluruh lantai
telah tertutup oleh darah para korban. Itu tidak sendiri karena
pertunjukan besar tubuh-tubuh tanpa kepala dan terpotong-potong yang
ditaburkan di segala jurusan, benar-benar membangunkan kengerian bagi
semua yang melihatnya. Meski demikian yang lebih seram adalah untuk
menatap atas para pemenang diri mereka, menitikkan darah seluruh
badan, suatu penglihatan tidak menyenangkan yang membawa teror bagi
semua menjumpainya. Itu dilaporkan di dalam lampiran kuil itu sendiri
bahwa sekitar sepuluh ribu orang pengkhianat binasa."
Gustave Le Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salib Kristen sebagaimana kata-katanya: "Kaum Salib kita yang 'bertakwa' itu
tidak
memadai dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerusakan dan
penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu pertemuan yang
memutuskan supaya dibunuh saja semua penduduk Yerusalem yang terdiri
dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristen yang
tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya mencapai
60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh semua dalam masa 8 hari
saja termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, tidak seorang pun
yang terkecuali."
Gustave Le Bon dalam bukunya "La
Civilisation Islamique er Arabe" hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman
yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan maupun lawan,
tentara maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua
maupun anak muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam
sejarah kekerasan".
Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:
"Tentara
kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas bumbung-bumbung
rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan anaknya. Kami
mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang tua dan
muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan satu
tali untuk mengantung leher beberapa orang."Tentara merampas dan
merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para
korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka
rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki
ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana,
dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual
di pasar budak Antiochia.
Godfrey Hardouinville
melaporkan kepada Paus, "Di Yerusalem, umat Islam yang ditangkap,
dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon hingga kuil itu
dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke lutut."
Ahli
sejarah Kristen yang lain, Mill, mengatakan: "Ketika itu diputuskan
bahwa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin.
Orang-orang yang kalah itu diseret ke tempat-tempat umum dan dibunuh.
Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak
lelaki dibantai dengan kejam. Tanah padang, jalan-jalan, bahkan
tempat-tempat yang tidak berpenghuni di Yerusalem ditaburi oleh
mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh anak-anak yang terkoyak-koyak.
Tidak ada hati yang lebur dalam keharuan atau yang tergerak untuk
berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu." Penaklukan
Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai dengan pembantaian
yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre). Kaummuslimin -meliputi
semua umur dan jenis yang tak berdaya- dibantainya.
K.
Hitti menuliskan, "Heaps of heads and hand feet were to be seen
throughout the street and squares of the city." (Tumpukan dari
kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian dipamerkan di
jalan-jalan dan di sudut-sudut kota).
Para ahli
sejarah mencatat jumlah korban pembantaian itu sekitar 60.000 sampai
100.000 orang lebih. Peristiwa yang kejam ini, jika dibandingkan
dengan penaklukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam merebut kembali
Yerusalem, tentu menimbulkan pertanyaan, "Benarkah motivasi agama
(Kristen) menjiwai perang ini?".
Karena, berbeda 180 derajat
dengan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Kristen, umat Islam
sama sekali tidak melakukan pembantaian balasan ketika merebut kembali
Yerusalem dibawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi. Kristen membantai
sangat banyak umat manusia ketika merebut Yerusalem,
sementara
Islam dibawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh lebih
mulia dan beradab daripada Kristen ketika merebut Yerusalem kembali.
Benar-benar bertolak belakang sekali memang antara Islam dengan
Kristen itu. Sikap Salahuddin ini menambah harum namanya, baik di mata
lawan maupun kawan.
Beberapa sejarawan Barat yang
pernah menulis ketinggian pribadinya, antara lain Stanley Lane Poole.
Berikut kisah Shalahuddin Al-Ayyubi: http://groups.yahoo.com/
4.
Tahun 1456. Pertempuran Belgrade 1456, 80.000 orang Turki dibunuh
oleh orang-orang Kristen. Sampai disini saja entah sudah berapa
banyaknya nyawa umat manusia yang telah dihabisi oleh orang Kristen.
Umat Yahudi disembelih, umat Islam dibantai, bahkan umat seimanpun
dihabisi juga oleh Kristen.Kekejaman dan kebiadaban Kristen memang
terlalu spektakuler, mungkin sudah menjadi darah daging mereka untuk
menghabisi nyawa orang. Buktinya jumlah manusia yang telah dibunuh oleh
orang Kristen berkali-kali lipat lebih banyak daripada perbuatan
sejenis yang dilakukan oleh umat Islam dan agama lainnya.
5. 3 Juni 1502, terjadilah pembunuhan massal di Kalikut, sebuah
kota
pelabuhan di selatan India yang menjadi pusat perdagangan abad
ke-16. Pembunuhan massal yang terjadi atas para pedagang Arab itu
dilakukan oleh Vasco Da Gama seorang pelaut Portugis dan pasukannya.
Awalnya, Vasco da Gama atas perintah raja Manuel dari Portugal,
melakukan ekspedisi laut untuk mencapai India, salah satu tujuannya
adalah untuk mencari rempah-rempah. Ekspedisi ini menggunakan empat
kapal dengan 160 tentara dan pelaut.Mereka mengangkat sauh dari
pelabuhan Lisabon tanggal 8 Juli 1497
dan tiba di pelabuhan
Calicut pada tanggal 22 Mei 1498. Sebagaimana imperialis Barat
lainnya, Vasco da Gama dengan segera mengklaim Calicut sebagai
wilayah dagangnya dan timbullah pertentangan dengan para pedagang
Arab. Akhirnya, Vasco da Gama memerintahkan pasukannya untuk membunuh
massal para pedagang Arab yang berjumlah 800 orang tersebut. Calicut
kini telah beralih nama menjadi Kozhikode.
6. 8 Mei
1621, 14.000 orang di pulau Banda, Maluku dibantai Kristen Belanda.
Contoh kongkrit bisa dilacak lewat bukti lembaran sejarah pembantaian
bangsa Banda pada tanggal 8 Mei 1621, yang menelan hampir seluruh
jumlah penduduk pulau Banda sebanyak 14.000 orang. Penduduk asli
Banda tiada tersisa (Willard A. Hanna; Indonesian Banda Colonialism
and its aftermath in the nutmeg island).
7. Tahun
1808-1811. Untuk memperkuat pertahanan di Pulau Jawa, Gubernur Jendral
Herman William Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya
dengan
kerja paksa (kerja rodi). Jalan itu sangat panjang, 1000 km
terbentang dari Anyer sampai Panarukan. Si Kristen bengis Daendels
MEMAKSA rakyat Indonesia untuk mengerjakan pembuatan jalan raya
tersebut tanpa diberi upah. Ribuan rakyat Indonesia mati menjadi korban
dalam pembuatan jalan
tersebut.
8. Tanggal 4
Maret tahun 1823, pasukan Yunani dalam era peperangan melawan tentara
Imperium Ottoman, melakukan pembunuhan massal terhadap 12 ribu muslim
di kota Tripolitza. Tentara Yunani dalam pertempuran itu mendapatkan
dukungan dari beberapa negara Eropa.
9. Pada tahun
1830, Van Der Cappelen digantikan oleh Van Den Bosch sebagai Gubernur
Jendral di Hindia Belanda. Ia diberi tugas untuk mengisi kas
keuangan Belanda yang kosong. Setelah memeras otak beberapa lama, Van
Den Bosch menemukan suatu cara. Ia memberlakukan kebijakan Cultur
Stelsel atau Tanam Paksa. Tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat
yang amat menyedihkan. Beban rakyat semakin berat. Hasil pertanian
pun semakin turun. Rakyat
mengalami kelaparan. Banyak rakyat
Indonesia yang mati kelaparan, gara-gara penindasan Kristen biadab.
Sebaliknya, sistem tanam paksa ini menguntungkan Kristen Belanda. Kas
negara Belanda yang tadinya kosong, kini terisi kembali. Hasil tanam
paksa diangkut seluruhnya ke Belanda. Kemudian, hasil tersebut
digunakan untuk membangun negeri Belanda.
10. 10
November 1945, kekejaman penjajah Inggris di Surabaya.Pada bulan
November 1945 terjadi perang yang amat sengit antara tentara Inggris
dengan pasukan Indonesia yang mempertahankan pelabuhan dan kota
Surabaya. Sekitar dua minggu pasukan Indonesia yang sebagian besar hanya
bersenjatakan senapan dan bambu runcing melawan tentara Inggeris
yang bersenjata lengkap dan modern dengan dibantu kapal-kapal
altileri, angkatan udara dan tank-tank. Peristiwa pemboman atas kota
Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang dilakukan oleh Angkatan
Perang Kerajaan Inggris, di mana diperkirakan telah jatuh korban
sekitar 30.000 orang Indonesia tewas (beberapa pihak menyebutkan
"hanya" 12.000 korban tewas), yang banyak diantara korbannya adalah
para orangtua, wanita dan anak-anak ... adalah Crimes against
humanity!
Pada tanggal 10 November 1945 di kota
Surabaya, ibukota propinsi Jawa Timur Indonesia, dengan dalih:
kematian Brigjen Mallaby, rakyat dan pemuda menghalangi perlucutan
tentara Jepang oleh Sekutu, rakyat dan pemuda tidak mau menyerahkan
tawanan Jepang dan senjatanya kepada Sekutu, pada tanggal 10 Nopember
1945 kota Surabaya dibombardir oleh kapal-kapal Sekutu dari laut dan
pesawat-pesawat tempur mereka dari udara.Ribuan rumah di kota
Surabaya hancur dan ribuan mayat bergelimpangan di mana-mana,
berhari-hari Sekutu melakukan serangan tersebut dengan kejam tanpa
pertimbangan perikemanusiaan sama sekali. Tujuan mereka supaya rakyat
dan pemuda minta ampun dan menyerah kepada Sekutu (;Kristen Inggris).
Tetapi
rakyat dan pemuda Surabaya dan satuan-satuan bersenjata lainnya yang
pantang menyerah dan pantang minta ampun, makin menguatkan tekad dan
semangat untuk meneruskan perlawanan bersenjata terhadap siapa saja
yang akan memaksakan kembalinya penjajahan di Indonesia.
Perlawanan
yang gagah berani, pantang menyerah dan dengan semangat
berkobar-kobar dari kaum patriot Indonesia untuk membela tanah airnya
melawan agresor di Surabaya itu membangkitkan semangat perlawanan
patriot Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.Atas dasar ideologi dan
semangat rakyat dan pemuda Surabaya yang pantang menyerah itulah maka
tanggal 10 Nopember dijadikan "Hari Pahlawan" di Indonesia.
Dalam
pertempuran Surabaya melawan pasukan Inggris pada bulan November 1945
ini, tidak sedikit peranan pemuda-pemuda Tionghoa dan Arab yang
ikut
berjuang, bahu membahu melawan penyerbuan Kristen Inggris. Berkenaan
dengan pertempuran Surabaya, pada tanggal 12 November 1945, Bung
Karno mengucapkan pidato antara lain
"Ratusan orang
Tionghoa dan Arab yang tidak bersalah dan suka damai, yang datang di
negeri ini untuk berdagang, terbunuh dan luka-luka berat. Kurban di
pihak Indonesia lebih banyak lagi. Saya protes keras terhadap
pemakaian senjata modern, yang ditujukan kepada penduduk kota yang
tidak sanggup mempertahankan diri untuk melawan".
11. 5
Juli 1962, setelah berjuang selama bertahun-tahun dan mengorbankan
sekitar saju juta syuhada, rakyat muslim Aljazair akhirnya berhasil
meraih kemerdekaan mereka.Pada tahun 1830, Prancis datang menyerang
Aljazair dengan tujuan
menjadikan negara itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan
keras dari bangsa Aljazair. Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang
terkemuka adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi sejak tahun 1932. Pada 18 Februari 1834, tentara Prancis mengalami kekalahan telak
melawan pasukan Amir Abdul Qadir Aljazairy. Sepertiga tentara Prancis
tewas dalam pertempuran itu dan setengah dari tentara yang masih hidup menjadi tawanan perang.
Kristen kolonialis Prancis yang baru pertama kalinya mengalami
kekalahan besar di Afrika, menawarkan perdamaian. Namun, pemimpin perjuangan
rakyat Aljazair, Amir Abdul Qadir Aljazairy itu menolak tawaran damai itu
dan meneruskan perjuangannya sehingga hampir seluruh kawasan Aljazair
berhasil dibebaskan. Namun pada tahun 1836, tentara Prancis kembali
mengalahkan pasukan Abdul Qadir.Pada tanggal 18 November 1839, dimulailah periode kedua perjuangan
rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis. Dalam perang ini, Kristen
Prancis menambah pasukannya dalam jumlah besar dan menggunakan strategi
penghancuran terhadap basis-basis militer Abdul Qadir.
Selain itu, tentara Prancis juga membuat rakyat kelaparan dengan
cara menghancurkan ladang, kebun buah, dan hewan ternak. Akhirnya, Amir
Abdul Qadir terpaksa menyerah pada tahun 1847 dan dipenjarakan di
Prancis. Dengan kekalahan tersebut, Prancis pun berkuasa penuh atas Aljazair.
Dengan leluasa, Prancis menguras hasil bumi negara ini dan menindas
rakyat Aljazair.Sekitar satu abad kemudian, setelah Perang Dunia Kedua, sekali
lagi
rakyat Aljazair memulai perjuangannya melawan penjajahan Prancis.
Pada tanggal 31 Juli 1962, barulah Aljazair meraih kemerdekaannya.
12. 19 Juni 1971. Sekitar 70 orang Moro, baik laki-laki, wanita
dan anak-anak tanpa ampun dibantai oleh kelompok Ilaga Movement yang
dibacking orang-orang Katolik Biadab dari Militer Filipina pada salah satu
masjid di Barrio Manili, Carmen Cotabato Utara. Peristiwa yang kemudian
dikenal dengan Pembantaian Manili ini, membuktikan bahwa peperangan antara bangsa
Moro melawan Filipina adalah konflik religius. Yaitu kebencian mendalam
Katolik Filipina terhadap agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk
di Mindanao Selatan. Sampai detik ini total lebih dari 30 ribu muslim
di Filipina yang tewas menjadi korban kekejaman pemerintah Filipina.
13. Tahun 1982. Pada tanggal 17 September 1982, terjadi pembunuhan
massal terhadap warga sipil Palestina yang menghuni kamp penampungan
Shabra dan Shatila di Lebanon oleh kelompok Phalang/Kristen dari Tentara
Lebanon
Selatan (SLA) yang didukung oleh tentara Zionis Israel.Dengan
persetujuan Menachem Begin, Perdana Menteri Israel dan atas
perintah Ariel Sharon, Menteri Perang Israel pada waktu itu, pada dini hari
tanggal 17 September, tentara Zionis mengepung kamp pengungsi Shabra dan
Shatila. Lalu, kelompok Phalang memasuki kamp tersebut dan memperkosa serta
membunuh warga sipil Palestina yang umumnya wanita, anak-anak, dan orang
tua. Pembunuhan massal ini berlangsung selama 40 jam dan 3300 orang
telah terbunuh.
14.
14-15 April 1986. Selama dua hari Kristen AS atas perintah Presiden
Ronald Reagan, -yang sudah mampus dan sedang dalam perjalanan
menuju neraka jahannam- mengebom Tripoli dan Benghazi, kota-kota terpenting di
Libya, yang menewaskan seratus orang menurut pers barat dan enam puluh orang
menurut laporan resmi Libya, sebagian besar penduduk sipil. Tujuan Kristen biadab AS melakukan pengeboman itu adalah untuk
membunuh Presiden Libya yang berdaulat, Kolonel Muammar Qaddhafy, namun
hasilnya ternyata meleset. Qaddhafy selamat, namun salah seorang anak
tirinya
yang tidak bersalah berhasil dimampuskan oleh Kristen biadab
AS.Berikut bunyi sebuah surat yang cukup mengharukan dari seorang
anak perempuan Libya berusia tujuh tahun, yang ia tujukan pada presiden
AS Ronald Reagan setelah pengeboman itu. Saudara perempuan satu-satunya
bocah cilik tersebut telah terbunuh akibat pemboman Kristen AS. Tulisan tangan bocah ini
15.
Berbagai pembantaian Kristen terhadap Umat Islam terjadi dimana-mana
hingga saat ini, negara-negara Muslim di fitnah dan penduduknya di
bunuh mulai dari Irak, Palestina, Libya, Chechya, Filipina, Pakistan,
Afganistan, Libanon, Maroko, Turki hingga Indonesia.... sampai saat ini.
Sementara
mulut mulut mereka selalu berteriak tentang "kasih" di sisi lain tangan
mereka selalu siap untuk membantai umat Islam atau siapapun yang
menentang vatikan roma, memang sejatiny kaum kristen adalah licik,
cerita "kaih" hanyalah untuk melemahkan semangat juang kaum muslimin dan
hebatnya banyak sekali kaum muslimin banyak yang terpengaruh oleh
ajaran "kasih" kristen dan setelah kaum muslimin lengah maka tiada ampun
lagi kebengisan kristen akan terlihat sangat menonjol seperti peristiwa
pembantaia kaum muslimin di ambon maupun poso dan entah daerah mana
lagi yang akan terkena ajaran "kasih" dari kristen yang licik ini
sementara pemerinta indonesia selalu membela kaum kristen.