1.
 Tahun 630 (8 H). Utusan Nabi Muhammad, Al-Harits ibu Umair al-Azady,   
yang membawa surat untuk pemimpin Bashrah, dihadang dan diculik untuk   
selanjutnya dipenggal lehernya oleh pegawai Romawi atas perintah Kaisar
   Romawi, Heraklius. Padahal, membunuh duta merupakan kejahatan yang  
amat  sama halnya dengan mengumumkan perang. Akibat kebiadaban kaisar  
Kristen  ini timbullah perang Mut'ah dan perang Tabuk antara umat Islam 
 melawan  Kristen Romawi. Inilah konflik pertama kali antara umat Islam 
 dengan  orang Kristen. Dan seperti yang terpampang dalam sejarah,  
Kristen lah  yang lebih dulu membunuhi umat Islam.
2. 
Tahun 1064. Rombongan peziarah Kristen sebanyak 7000 orang yang   
dipimpin oleh seorang Uskup telah menyerang orang-orang Arab dan Turki  
 di Yerusalem.
3. 15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan. 
60.000 orang dibunuh, terdiri   dari  orang-orang Yahudi, Muslim, 
laki-laki, perempuan dan anak-anak.   Dilukiskan  oleh saksi mata 
Kengerian begitu dahsyat: "Kami harus   berjalan didalam darah  musuh 
kami sedalam mata kaki". Akhirnya pada 15   Juli 1099, Yerusalem (Baitul
 Maqdis) jatuh ke  tangan   pasukan Salib,   tercapailah cita-cita 
mereka. Berlakulah keganasan luar biasa yang  belum  pernah terjadi 
dalam
sejarah umat manusia. Kaum kafir Kristen itu telah 
menyembelih penduduk   sipil Islam baik  lelaki, perempuan dan anak-anak
 dengan sangat   ganasnya. 
Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan 
orang-orang   Kristen yang enggan  bergabung dengan kaum Salib. 
Keganasan kaum Salib   Kristen yang sangat luar biasa itu  telah dikutuk
 dan diakui oleh para   saksi dan penulis sejarah yang terdiri  dari 
berbagai agama dan bangsa.   Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud 
berkata: "Pada saat penaklukan   Yerusalem oleh orang Kristen tahun 
1099, orang-orang Islam dibantai di    jalan-jalan dan di rumah-rumah. 
Yerusalem tidak punya tempat lagi bagi   orang-orang yang kalah itu. 
Beberapa orang coba mengelak dari kematian   dengan cara mengendap-endap
 dari benteng, yang lain berkerumun di    istana dan berbagai menara 
untuk mencari perlindungan terutama di   masjid-masjid. Namun  mereka 
tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari   pengejaran orang-orang 
Kristen itu.
Tentara Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di 
mana orang-orang   Islam coba mempertahankan diri selama beberapa lama 
menambahkan lagi   adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan
 Titus. 
Tentara   infanteri dan kavaleri lari tunggang langgang di 
antara para buruan. Di   tengah huru-hara yang mengerikan itu yang 
terdengar hanya rintihan dan   jeritan kematian. Orang-orang yang menang
 itu menginjak-injak tumpukan   mayat ketika mereka lari mengejar orang 
yang coba menyelamatkan diri   dengan sia-sia."Raymond d'Agiles, yang 
menyaksikan peristiwa itu dengan   mata kepalanya sendiri mengatakan: 
"Di bawah serambi masjid yang   melengkung itu, genangan  darah di 
dalamnya mengenai lutut dan mencapai   tali kekang kuda." Aksi 
pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja,   yakni ketika pasukan 
Salib itu berkumpul untuk menyatakan rasa syukur   kepada Tuhan mereka 
Yesus Kristus atas kemenangan mereka. Tapi begitu   upacara perayaan itu
 selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas   lagi.
Seterusnya
 Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari   
pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan   
upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari 
  puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup,  
 diseret dari tempat persembunyian bawah tanah, diseret ke hadapan umum 
  dan dikurbankan di tiang gantungan."Selanjutnya Michaud menambahkan:  
 "Air mata wanita, tangisan anak-anak,  begitu juga pemandangan dari   
tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali
   tidak dapat meredakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu.   
Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu. Beberapa orang yang   
berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan jumlahnya dengan  
 perbudakan atau kerja paksa yang mengerikan."
Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan peristiwa itu sbb:
"It
 was impossible to look upon the vast numbers of the slain without    
horror; everywhere lay fragments of human bodies, and the very ground   
was covered with the blood of the slain. It was not alone the spectacle 
  of  headless bodies and mutilated limbs strewn in all directions that 
  roused the horror of all who looked upon them. Still more dreadful was
   it to gaze upon  the victors themselves, dripping with blood from 
head   to foot, an ominous  sight which brought terror to all who met 
them. It   is reported that within  the Temple enclosure alone about ten
 thousand   infidels perished."
"Adalah mustahil untuk 
melihat keatas angka-angka luas yang dibunuh   tanpa kengerian; di 
mana-mana diletakkan bagian-bagian tubuh manusia,   dan seluruh lantai 
telah tertutup oleh darah para korban. Itu tidak   sendiri karena  
pertunjukan besar tubuh-tubuh tanpa kepala dan   terpotong-potong yang 
ditaburkan di segala jurusan, benar-benar   membangunkan kengerian bagi 
semua  yang melihatnya. Meski demikian yang   lebih seram adalah untuk 
menatap atas para pemenang diri mereka,   menitikkan darah seluruh 
badan, suatu penglihatan  tidak menyenangkan   yang membawa teror bagi 
semua menjumpainya. Itu  dilaporkan di dalam   lampiran kuil itu sendiri
 bahwa sekitar sepuluh ribu orang pengkhianat   binasa."
Gustave Le Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salib Kristen sebagaimana kata-katanya: "Kaum Salib kita yang 'bertakwa' itu
tidak
 memadai  dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerusakan dan   
penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu pertemuan yang   
memutuskan supaya dibunuh  saja semua penduduk Yerusalem yang terdiri   
dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristen yang   
tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya mencapai   
60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh  semua dalam masa 8 hari   
saja termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua,  tidak seorang pun   
yang terkecuali."
Gustave Le Bon dalam bukunya "La 
Civilisation Islamique er Arabe"   hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman 
yang dilakukan oleh tentara salib   terhadap kawan  maupun lawan, 
tentara maupun rakyat sipil, wanita   ataupun anak-anak, orang tua 
maupun anak muda, membuat mereka menduduki   tempat teratas dalam 
sejarah  kekerasan".
Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:
"Tentara
 kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas   bumbung-bumbung 
rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan   anaknya. Kami 
mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang   tua dan 
muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan   satu 
tali untuk mengantung leher beberapa orang."Tentara merampas dan   
merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para 
  korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka   
rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki   
ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana, 
  dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual 
 di  pasar budak Antiochia.
Godfrey Hardouinville 
melaporkan kepada Paus, "Di Yerusalem, umat Islam   yang  ditangkap, 
dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon   hingga kuil  itu
 dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke  lutut."
Ahli
 sejarah Kristen yang lain, Mill, mengatakan: "Ketika itu diputuskan    
bahwa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin.    
Orang-orang yang kalah itu diseret ke tempat-tempat umum dan dibunuh.   
Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak   
lelaki dibantai dengan kejam. Tanah padang, jalan-jalan, bahkan   
tempat-tempat yang  tidak berpenghuni di Yerusalem ditaburi oleh   
mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh anak-anak yang terkoyak-koyak. 
  Tidak ada hati yang lebur dalam  keharuan atau yang tergerak untuk   
berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu." Penaklukan   
Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai dengan  pembantaian   
yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre). Kaummuslimin  -meliputi
   semua umur dan jenis yang tak berdaya- dibantainya.
K.
 Hitti  menuliskan, "Heaps of heads and hand feet were to be seen   
throughout the  street and squares of the city." (Tumpukan dari   
kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian dipamerkan di   
jalan-jalan dan di sudut-sudut  kota).
Para ahli 
sejarah mencatat jumlah korban pembantaian itu sekitar 60.000   sampai 
100.000 orang lebih. Peristiwa yang kejam ini, jika dibandingkan   
dengan penaklukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam merebut kembali  
Yerusalem,   tentu menimbulkan pertanyaan, "Benarkah motivasi agama  
(Kristen)  menjiwai perang ini?".
Karena, berbeda 180 derajat 
dengan pembantaian yang dilakukan oleh   pasukan Kristen, umat Islam 
sama sekali tidak melakukan pembantaian   balasan ketika merebut kembali
 Yerusalem dibawah pimpinan Salahuddin   Al-Ayyubi. Kristen  membantai 
sangat banyak umat manusia ketika merebut   Yerusalem,
sementara  
Islam dibawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh   lebih 
mulia dan beradab daripada Kristen ketika merebut Yerusalem   kembali. 
Benar-benar  bertolak belakang sekali memang antara Islam   dengan 
Kristen itu. Sikap Salahuddin ini menambah harum namanya, baik di   mata
 lawan maupun  kawan.
Beberapa sejarawan Barat yang 
pernah menulis ketinggian pribadinya,    antara lain Stanley Lane Poole.
 Berikut kisah Shalahuddin Al-Ayyubi: http://groups.yahoo.com/
4.
 Tahun 1456. Pertempuran Belgrade 1456, 80.000 orang Turki dibunuh   
oleh orang-orang Kristen. Sampai disini saja entah sudah berapa   
banyaknya nyawa  umat manusia yang telah dihabisi oleh orang Kristen.   
Umat Yahudi disembelih,  umat Islam dibantai, bahkan umat seimanpun   
dihabisi juga oleh Kristen.Kekejaman dan kebiadaban Kristen memang   
terlalu spektakuler, mungkin sudah menjadi darah daging mereka untuk   
menghabisi nyawa orang. Buktinya jumlah  manusia yang telah dibunuh oleh
   orang Kristen berkali-kali lipat lebih  banyak daripada perbuatan   
sejenis yang dilakukan oleh umat Islam dan agama  lainnya.
5. 3 Juni 1502, terjadilah pembunuhan massal di Kalikut, sebuah
kota
  pelabuhan di selatan India yang menjadi pusat perdagangan abad   
ke-16.  Pembunuhan massal yang terjadi atas para pedagang Arab itu   
dilakukan oleh Vasco Da Gama seorang pelaut Portugis dan pasukannya.   
Awalnya, Vasco da Gama atas perintah raja Manuel dari Portugal,   
melakukan ekspedisi laut untuk  mencapai India, salah satu tujuannya   
adalah untuk mencari rempah-rempah. Ekspedisi ini menggunakan empat   
kapal dengan 160 tentara dan pelaut.Mereka mengangkat sauh dari   
pelabuhan Lisabon tanggal 8 Juli 1497
dan tiba  di pelabuhan 
Calicut pada tanggal 22 Mei 1498. Sebagaimana   imperialis Barat  
lainnya, Vasco da Gama dengan segera mengklaim Calicut   sebagai  
wilayah dagangnya dan timbullah pertentangan dengan para   pedagang 
Arab. Akhirnya, Vasco da Gama memerintahkan pasukannya untuk   membunuh 
massal para pedagang Arab yang berjumlah 800 orang tersebut.   Calicut 
kini telah beralih nama  menjadi Kozhikode.
6. 8 Mei 
1621, 14.000 orang di pulau Banda, Maluku dibantai Kristen   Belanda. 
Contoh kongkrit bisa dilacak lewat bukti lembaran sejarah   pembantaian 
bangsa Banda pada tanggal 8 Mei 1621, yang menelan hampir   seluruh 
jumlah penduduk  pulau Banda sebanyak 14.000 orang. Penduduk   asli 
Banda tiada tersisa (Willard A. Hanna; Indonesian Banda Colonialism   
and its aftermath in the nutmeg island).
7. Tahun 
1808-1811. Untuk memperkuat pertahanan di Pulau Jawa, Gubernur   Jendral
 Herman William Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya
dengan
  kerja paksa (kerja rodi). Jalan itu sangat panjang, 1000 km   
terbentang dari  Anyer sampai Panarukan. Si Kristen bengis Daendels   
MEMAKSA rakyat Indonesia  untuk mengerjakan pembuatan jalan raya   
tersebut tanpa diberi upah. Ribuan  rakyat Indonesia mati menjadi korban
   dalam pembuatan jalan
tersebut.
8. Tanggal 4 
Maret tahun 1823, pasukan Yunani dalam era peperangan   melawan tentara 
Imperium Ottoman, melakukan pembunuhan massal terhadap   12 ribu  muslim
 di kota Tripolitza. Tentara Yunani dalam pertempuran itu   mendapatkan 
 dukungan dari beberapa negara Eropa.
9. Pada tahun 
1830, Van Der Cappelen digantikan oleh Van Den Bosch   sebagai Gubernur 
Jendral di Hindia Belanda. Ia diberi tugas untuk   mengisi  kas  
keuangan Belanda yang kosong. Setelah memeras otak   beberapa lama, Van 
Den  Bosch menemukan suatu cara. Ia memberlakukan   kebijakan Cultur 
Stelsel atau Tanam Paksa. Tanam paksa menimbulkan   penderitaan rakyat 
yang amat menyedihkan. Beban  rakyat semakin berat.   Hasil pertanian 
pun semakin turun. Rakyat
mengalami kelaparan. Banyak rakyat 
Indonesia yang mati kelaparan,   gara-gara penindasan  Kristen biadab. 
Sebaliknya, sistem tanam paksa ini   menguntungkan Kristen  Belanda. Kas
 negara Belanda yang tadinya  kosong,  kini terisi kembali. Hasil  tanam
 paksa diangkut seluruhnya ke  Belanda.  Kemudian, hasil tersebut  
digunakan untuk membangun negeri  Belanda.
10. 10 
November 1945, kekejaman penjajah Inggris di Surabaya.Pada bulan   
November 1945 terjadi perang yang amat sengit antara tentara  Inggris   
dengan pasukan Indonesia yang mempertahankan pelabuhan dan kota    
Surabaya. Sekitar dua minggu pasukan Indonesia yang sebagian besar hanya
    bersenjatakan senapan dan bambu runcing melawan tentara Inggeris 
yang    bersenjata lengkap dan modern dengan dibantu kapal-kapal 
altileri,   angkatan udara dan tank-tank. Peristiwa pemboman atas kota 
Surabaya pada   tanggal 10 November 1945 yang  dilakukan oleh Angkatan 
Perang Kerajaan   Inggris, di mana diperkirakan telah jatuh korban 
sekitar 30.000 orang   Indonesia tewas (beberapa pihak  menyebutkan 
"hanya" 12.000 korban   tewas), yang banyak diantara korbannya  adalah 
para orangtua, wanita dan   anak-anak ... adalah Crimes against  
humanity!
Pada tanggal 10 November 1945 di kota 
Surabaya, ibukota propinsi Jawa   Timur Indonesia, dengan dalih: 
kematian Brigjen Mallaby, rakyat dan   pemuda  menghalangi perlucutan 
tentara Jepang oleh Sekutu, rakyat dan   pemuda tidak  mau menyerahkan 
tawanan Jepang dan senjatanya kepada   Sekutu, pada tanggal 10  Nopember
 1945 kota Surabaya dibombardir oleh   kapal-kapal Sekutu dari laut  dan
 pesawat-pesawat tempur mereka dari   udara.Ribuan rumah di kota 
Surabaya hancur dan ribuan mayat   bergelimpangan di  mana-mana, 
berhari-hari Sekutu melakukan serangan   tersebut dengan kejam  tanpa 
pertimbangan perikemanusiaan sama sekali.   Tujuan mereka supaya rakyat 
 dan pemuda minta ampun dan menyerah kepada   Sekutu (;Kristen Inggris).
Tetapi
 rakyat dan pemuda Surabaya dan satuan-satuan bersenjata lainnya   yang 
pantang menyerah dan pantang minta ampun, makin menguatkan tekad   dan 
semangat untuk meneruskan perlawanan bersenjata terhadap siapa saja   
yang akan memaksakan kembalinya penjajahan di Indonesia.
Perlawanan
 yang gagah berani, pantang menyerah dan dengan semangat   
berkobar-kobar dari kaum patriot Indonesia untuk membela tanah airnya   
 melawan agresor di Surabaya itu membangkitkan semangat perlawanan   
patriot  Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.Atas dasar ideologi dan 
  semangat rakyat dan pemuda Surabaya yang pantang menyerah itulah maka 
  tanggal 10 Nopember dijadikan "Hari Pahlawan" di Indonesia.
Dalam
 pertempuran Surabaya melawan pasukan Inggris pada bulan November   1945
  ini, tidak sedikit peranan pemuda-pemuda Tionghoa dan Arab yang
ikut
  berjuang, bahu membahu melawan penyerbuan Kristen Inggris.   Berkenaan
 dengan  pertempuran Surabaya, pada tanggal 12 November 1945,   Bung 
Karno  mengucapkan pidato antara lain
"Ratusan orang 
Tionghoa dan Arab yang tidak bersalah dan suka damai,   yang datang di 
negeri ini untuk berdagang, terbunuh dan luka-luka berat.   Kurban di 
pihak Indonesia lebih banyak lagi. Saya protes keras  terhadap  
pemakaian senjata modern, yang ditujukan kepada penduduk kota  yang  
tidak sanggup mempertahankan diri untuk melawan".
11. 5
 Juli 1962, setelah berjuang selama bertahun-tahun dan mengorbankan   
sekitar saju juta syuhada, rakyat muslim Aljazair akhirnya berhasil   
meraih  kemerdekaan mereka.Pada tahun 1830, Prancis datang menyerang   
Aljazair dengan tujuan
menjadikan negara itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan
keras dari  bangsa Aljazair. Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang
terkemuka adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi sejak tahun 1932. Pada 18 Februari 1834, tentara Prancis mengalami kekalahan telak
melawan  pasukan Amir Abdul Qadir Aljazairy. Sepertiga tentara Prancis
tewas dalam  pertempuran itu dan setengah dari tentara yang masih hidup menjadi tawanan  perang.
Kristen kolonialis Prancis yang baru pertama kalinya mengalami
kekalahan besar di Afrika, menawarkan perdamaian. Namun, pemimpin perjuangan
rakyat Aljazair, Amir Abdul Qadir Aljazairy itu menolak tawaran damai itu
dan meneruskan perjuangannya sehingga hampir seluruh kawasan Aljazair
berhasil dibebaskan. Namun pada tahun 1836, tentara Prancis kembali
mengalahkan pasukan Abdul Qadir.Pada tanggal 18 November 1839, dimulailah periode kedua perjuangan
rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis. Dalam perang ini, Kristen
Prancis  menambah pasukannya dalam jumlah besar dan menggunakan strategi
penghancuran terhadap basis-basis militer Abdul Qadir.
Selain itu, tentara Prancis juga membuat rakyat kelaparan dengan
cara menghancurkan ladang, kebun buah, dan hewan ternak. Akhirnya, Amir
Abdul Qadir terpaksa menyerah pada tahun 1847 dan dipenjarakan di
Prancis. Dengan kekalahan tersebut, Prancis pun berkuasa penuh atas Aljazair.
Dengan leluasa, Prancis menguras hasil bumi negara ini dan menindas
rakyat Aljazair.Sekitar satu abad kemudian, setelah Perang Dunia Kedua, sekali
lagi
 rakyat Aljazair memulai perjuangannya melawan penjajahan Prancis.   
Pada tanggal 31 Juli 1962, barulah Aljazair meraih kemerdekaannya.
12. 19 Juni 1971. Sekitar 70 orang Moro, baik laki-laki, wanita
dan  anak-anak tanpa ampun dibantai oleh kelompok Ilaga Movement yang
dibacking  orang-orang Katolik Biadab dari Militer Filipina pada salah satu
masjid di  Barrio Manili, Carmen Cotabato Utara. Peristiwa yang kemudian
dikenal dengan  Pembantaian Manili ini, membuktikan bahwa peperangan antara bangsa
Moro  melawan Filipina adalah konflik religius. Yaitu kebencian mendalam
Katolik Filipina terhadap agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk
di  Mindanao Selatan. Sampai detik ini total lebih dari 30 ribu muslim
di  Filipina yang tewas menjadi korban kekejaman pemerintah Filipina.
13. Tahun 1982. Pada tanggal 17 September 1982, terjadi pembunuhan
massal  terhadap warga sipil Palestina yang menghuni kamp penampungan
Shabra dan  Shatila di Lebanon oleh kelompok Phalang/Kristen dari Tentara
Lebanon
  Selatan (SLA) yang didukung oleh tentara Zionis Israel.Dengan   
persetujuan Menachem Begin, Perdana Menteri Israel dan atas
perintah Ariel Sharon, Menteri Perang Israel pada waktu itu, pada dini hari
tanggal 17 September, tentara Zionis mengepung kamp pengungsi Shabra dan
Shatila.  Lalu, kelompok Phalang memasuki kamp tersebut dan memperkosa serta
membunuh warga sipil Palestina yang umumnya wanita, anak-anak, dan orang
tua.  Pembunuhan massal ini berlangsung selama 40 jam dan 3300 orang
telah terbunuh.
14.
 14-15 April 1986. Selama dua hari Kristen AS atas perintah Presiden   
Ronald Reagan, -yang sudah mampus dan sedang dalam perjalanan
menuju neraka jahannam- mengebom Tripoli dan Benghazi, kota-kota terpenting di
Libya, yang menewaskan seratus orang menurut pers barat dan enam puluh orang
menurut  laporan resmi Libya, sebagian besar penduduk sipil. Tujuan Kristen biadab AS melakukan pengeboman itu adalah untuk
membunuh Presiden Libya yang berdaulat, Kolonel Muammar Qaddhafy, namun
hasilnya  ternyata meleset. Qaddhafy selamat, namun salah seorang anak
tirinya
 yang  tidak bersalah berhasil dimampuskan oleh Kristen biadab   
AS.Berikut bunyi sebuah surat yang cukup mengharukan dari seorang
anak  perempuan Libya berusia tujuh tahun, yang ia tujukan pada presiden
AS Ronald Reagan setelah pengeboman itu. Saudara perempuan satu-satunya
bocah cilik tersebut telah terbunuh akibat pemboman Kristen AS. Tulisan tangan bocah ini
15.
 Berbagai pembantaian Kristen terhadap Umat Islam terjadi dimana-mana   
hingga saat ini, negara-negara Muslim di fitnah dan penduduknya di   
bunuh mulai dari Irak, Palestina, Libya, Chechya, Filipina, Pakistan,   
Afganistan, Libanon, Maroko, Turki hingga Indonesia.... sampai saat ini. 
Sementara
 mulut mulut mereka selalu berteriak tentang "kasih" di sisi lain tangan
 mereka selalu siap untuk membantai umat Islam atau siapapun yang 
menentang vatikan roma, memang sejatiny kaum kristen adalah licik, 
cerita "kaih" hanyalah untuk melemahkan semangat juang kaum muslimin dan
 hebatnya banyak sekali kaum muslimin banyak yang terpengaruh oleh 
ajaran "kasih" kristen dan setelah kaum muslimin lengah maka tiada ampun
 lagi kebengisan kristen akan terlihat sangat menonjol seperti peristiwa
 pembantaia kaum muslimin di ambon maupun poso dan entah daerah mana 
lagi yang akan terkena ajaran "kasih" dari kristen yang licik ini 
sementara pemerinta indonesia selalu membela kaum kristen.
